Beberapa ahli mengklasifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja. Menurut Hariandja (2002;291) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
1. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang
sebagai akibat dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan
dirasakan adil.
2. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan
seseorang apakah memiliki elemen yang memuaskan.
3. Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang
senantiasa berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan
rekan sekerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.
4. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah
atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak
menyenangkan bagi seseorang atau menyenangkan dan hal ini dapat mempengaruhi
kepuasan kerja.
5. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang
melalui kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang
besar untuk naik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan kurang terbuka
atau terbuka. Ini dapat mempengaruhi
kepuasan kerja
6. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psikologis.
Menurut As’ad dalam Dariyo (2004;83) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja bagi seorang individu / karyawan yaitu :
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja ataupun lingkungan fisik
karyawan. Hal ini meliputi jenis pekerjaan, pengaturan jam kerja, waktu istirahat,
perlengkapan kerja, keadaan ruangan, penerangan, dan sirkulasi udara. Sementara
itu, kondisi fisik karyawan meliputi kesehatan karyawan, umur, dan jenis
kelamin.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor
yang berhubungan dengan aspek - aspek
psikologis individu, misalnya minat, ketenteraman kerja, sikap terhadap kerja,
bakat, inteliegensi, dan keterampilan/ pengalaman.
3. Faktor Sosial
Faktor sosial adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antara sesama karyawan
(dalam satu bagian ataupun dengan bagian lain), dengan atasan dan bawahan.
4. Faktor Finansial
Faktor finansial adalah faktor
yang berhubungan dengan jaminan dan kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem
dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang
diberikan, dan kesempatan promosi.
Menurut Blum dalam Umar (2004;217) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
1. Faktor individual meliputi umur, kesehatan, watak, dan
harapan
2. Faktor sosial meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat,
kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan
hubungan kemasyarakatan.
3. Faktor utama dalam pekerjaan meliputi upah, pengawasan,
ketenteraman bekerja, kesempatan untuk maju, penghargaan, hubungan sosial dalam
menyelesaikan konflik antar manusia, dan perlakuan yang adil, baik yang
menyangkut pribadi maupun tugas.
Menurut Robbins (2008;119) ada empat faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kepuasan kerja karyawan yaitu :
1. Kerja yang menantang secara mental (mentally challenging work). Pada umumnya, individu lebih menyukai
pekerjaan yang memberi mereka peluang untuk menggunakan keterampilan dan
kemampuan serta memberi beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik tentang
seberapa baik kerja mereka. Karakteristik-karakteristik ini membuat kerja lebih
menantang secara mental.
2. Penghargaan yang sesuai (equitable rewards). Karyawan menginginkan sistem bayaran yang
mereka rasa adil, dan selaras dengan harapan-harapan mereka. Ketika bayaran
dianggap adil, sesuai dengan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan
individual, dan standar bayaran masyarakat, kemungkinan akan tercipta kepuasan.
3. Kondisi kerja yang mendukung (supportive working condition). Karyawan berhubungan dengan
lingkungan kerja mereka untuk kenyamanan pribadi dan kemudahan melakukan
pekerjaan yang baik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa karyawan lebih
menyukai lingkungan fisik yang nyaman atau tidak berbahaya. Selain itu,
sebagian besar karyawan lebih menyukai bekerja relatif dekat dengan rumah,
dengan fasilitas yang relatif modern dan bersih, serta dengan peralatan yang
memadai.
4. Kolega yang suportif (supportive
colleagues). Individu mendapat sesuatu yang lebih dari pada sekedar uang
atau prestasi yang nyata dari pekerjaan. Untuk sebagian karyawan, kerja
memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa
memiliki rekan-rekan kerja yang ramah dan suportif mampu meningkatkan kepuasan
kerja. Perilaku atasan seseorang juga merupakan faktor penentu kepuasan yang
utama. Penelitian mengungkapkan bahwa kepuasan kerja karyawan meningkat ketika
pengawas langsung adalah orang yang pengertian
dan ramah, memberikan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan
opini-opini karyawan, dan menunjukkan minat pribadi dalam diri mereka.
Menurut Rivai (2008;479) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja. Selain itu, menurut Job Descriptive Index (JDI) faktor penyebab kepuasan kerja adalah bekerja pada tempat yang tepat, pembayaran yang sesuai, organisasi dan manajemen, supervisi pada pekerjaan yang tepat, dan orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.
Menurut Luthans dalam Sopiah (2008;171) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
1. Pekerjaan itu
sendiri, sejauhmana karyawan memandang pekerjaannya sebagai pekerjaan yang
menarik, memberikan kesempatan untuk belajar, dan peluang untuk menerima
tanggung jawab.
2. Gaji, merupakan jumlah balas jasa finansial yang diterima
karyawan dan tingkat dimana hal ini dipandang sebagai suatu hal yang adil dalam
organisasi.
3. Promosi, kesempatan untuk kenaikan jabatan dalam jenjang
karir.
4. Supervisi, merupakan kemampuan penyelia untuk memberikan
bantuan secara teknis maupun memberikan dukungan.
5. Kelompok kerja / rekan kerja, merupakan suatu tingkatan
dimana rekan kerja memberikan dukungan.
6. Kondisi kerja, apabila kondisi kerja karyawan baik (
bersih, menarik, dan lingkungan kerja yang menyenangkan) akan membuat mereka
mudah menyelesaikan pekerjannya.
Menurut Strauss dan Sayles dalam Umar (2004;217) kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis dan mengakibatkan frustasi, semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan, serta emosinya tidak stabil.
Karyawan
yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan
perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan
berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja. Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi
karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Mohammad, 2004. Psikologi Industri. Edisi Keempat. Liberty, Yogyakarta.
Dariyo, Agoes, 2004. Psikologi
Perkembangan Dewasa Muda. Grasindo, Jakarta.
Hariandja, MT, Efendi, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengadaan, Pengembangan,
Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Grasindo, Jakarta.
Rivai, Veithzal, dan Sagala, Ella, Jauvani. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan: dari teori ke praktik, Edisi kedua. Murai Kencana, Jakarta.
Robbins, Stephen P., Judge, Timothy A., 2008. Perilaku
Organisasi. Salemba Empat, Jakarta.
Sopiah, 2008. Perilaku
Organisasi. Andi, Yogyakarta.
Tangkilisan, Hessel, Nogi S., 2007. Manajemen Publik. PT. Grasindo, Jakarta.
Umar, Husein, 2004. Metode
Riset Ilmu Administrasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta